Monday, 25 February 2019
Cerpen: WANITA PERTAMA #WP6
WANITA PERTAMA #WP6
Lega, setelah air mata kering Qinrana melanjutkan kembali sesi sore seminar di M suite hotel. Ia tidak sempat mencicipi makanan yang di sediakan oleh panitia. Selera makan nya hilang.
Qinrana duduk sambil membuka buku notes nya. Buku yang memiliki wallpaper pesona kota Ambon manise. Di tempat itu lah sang penggenap jiwa berada. Agar waktu tidak terbuang sia-sia, Qinrana menulis kembali intisari seminar pagi tadi. Semoga dengan ini, ia bisa ketepikan kenangan yang tak pantas di kenang itu.
Memori nya pergi ke masa lalu yang indah itu, yang membuat hati semakin rindu
---------------------------------------------------------------------------
Saat itu, Qinrana hampir menyelesaikan projek sarjana muda (PSM, di Indonesia di kenal dengan skripsi). Yang tak pernah ia bayangkan akan secepat itu waktu berlalu. Padahal baru saja ia menikmati masa-masa saat pertama kali datang ke Johor bahru.
Sebenarnyaa Qinrana satu laboratorium dengan Imron. Namun tak pernah ada sapa maupun kata-kata. Hingga suatu hari, Qinrana harus menggunakan kit ekstraksi DNA untuk eksperimen terakhir. Yang punya kit tersebut, hanya Imron. Mau tidak mau, harus ada kata yang di ucap kan.
Imron sedang serius membuat pekerjaan di laminar airflow. Qinrana memberanikan diri,karna sungguh, bekerja dengan sesuatu mikrobiologi butuh perhatian dan ketelitian yang totalitas. Ia takut mengganggu Imron.
"Maaf kak Imron mengganggu. Saya harus membuat ekstraksi DNA dari sampel saya. Prof. Aina meminta saya untuk bertanya pada kak Imron."
Bagi Imron, ini hal yang paling mengejutkan. Dalam diam, di sela-sela peralatan rak laboratorium, ia memperhatikan Qinrana. Ingin membantu eksperimen Qinrana, namun takut setan menggoda terlalu keras sehingga jatuh modus. Ingin sekedar sapa, namun takut rasa ini terlalu subur. Lebih baik menunduk kan pandangan. Karna ia tau, itu yang lebih baik.
"Oh... iya." Imron meletakkan pipet mikro dan membuka sarung tangan karet nya.
"Kamu mau pake sekarang?" Imron bertanya.
"Ah, konyol sekali pertanyaan mu Imron." Gerutu Imron dalam hati.
"Iya kak, saya mau langsung pake hari ini." Pelan, Qinrana menjawab.
Imron berjalan menuju lemari lab nya.
"Ini... Tapi prosedur nya ada di laptop saya. Saya kirim ke email kamu aja gimana?"
"Iya boleh kak. Saya boleh minta nomor Whatsapp kak Imron gak? Jadi misal ada hal-hal yang Prof. Aina katakan bisa langsung saya konsultasi ke kakak."
Imron menulis di kertas nomor Whatsapp nya.
"Terimaksih kak."
Sebulan kemudian, Qinrana akhirnya menyelesaikan PSM. Tinggal menunggu jadwal viva (sidang). Ia mendapat telpon dari bapak nya.
"Assalamu'alaikum pak, iya pak Alhamdulillah Qinrana tinggal menunggu jadwal sidang pak." Senyum bahagia kirana bermekaran.
"Wa'alaikummussalam nak, iya Alhamdulillah bapak ikut seneng. Ini nak maaf ada hal penting yang tidak bisa bapak sampai kan secara langsung. Ini bapak bicarakan di telpon. Semoga kamu mengerti."
Qinrana terdiam. Jantung nya tidak karuan.
"Ada biodata yang masuk ke bapak lewat pakde mu. Ibu dan bapak gak kenal orang nya. Tapi kata bude kamu, dia ini orang nya baik, sholih dan pinter. Anak ini tetangga pakde mu. Bapak sih seneng nak, cuma bapak mau istikharah dulu. Kamu gimana? Mau baca biodata nya dulu ndak?"
Tanpa bahasa, Qinrana masih terdiam.
"Yaudah pak, bentar lagi Qinrana juga mau sidang. Udah mau lulus S1. Kalau memang jodoh sudah datang, ya kita sambut pak. Qinrana mah manut wae apalagi rekomendasi bude dan pakde dan juga bapak ibu sudah mantep. Besok minta dia datang ke rumah buat ta'aruf sama ibu dan bapak. Kasi kan foto Qinrana ke dia. Tolong tanyain ke dia, mau tidak membangun sekolah peradaban sama Qinrana? Dan jelaskan sama dia, Qinrana mau ikut tes fastTrack. Qinrana mau S3 di Malaysia. Boleh ndak? Gitu aja pak."
"Iya nak, nanti bapak bicara ke pakde mu."
Spontan Qinrana menjawab. Kenapa dia begitu yakin? Padahal belum membaca biodata pria itu. Padahal, dia mempunyai rasa dengan pria lain.
"Ah... tidak bisa begini. Harus realistis. Membangun cinta lebih tepat rasanya daripada jatuh cinta. Toh, belum tentu dia juga jadi jodohku. Dan cinta ini, hanya untuk suami ku." Gumam nya dalam hati.
-------------------------------------------------
Suara MC menyadarkan lamunan Qinrana akan masa lalu yang indah itu. Hati nya kembali tenang. Senyum kembali merekah di wajah nya. Namun ada sepasang mata yang menyoroti Qinrana. Lekat, dari kejauhan. Hingga tanpa sadar, sorot mata itu menumpahkan bulir beningnya.
"Brakallahuma...bahkan aku tidak tau apa aku pantas bahagia dengan berita ini?" Arrash, dalam hati nya tersebut kata yang tak biasa.
*to be continue
**laminar air flow: peralatan lab untuk pekerjaan mikrobiologi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment