Tuesday 12 December 2017

Review Buku #1 : Berdoalah untuk urusan apa pun

Bismillahirrahmanirrahim...
Jika saja kita yakin bahwa Tuhan kita adalah Allah azza wa jalla,
Laa ilaa ha illallah
Maka sememangnya kita tak perlu takut dengan dunia yang keras ini

Berdoalah, kepada Tuhan mu yang Maha Pemurah
Dia lah yang menciptakan mu dari setetes air yang hina, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian segumpal daging, kemudian tulang-belulang (agar dirimu kokoh), kemudian segumpal daging (lagi), hingga ditiupkan ruh pada dirimu, yang segala tentang dirimu sudah termaktub di lauhul mahfudz, kemudian kamu menjadi sebaik-baiknya bentuk.

Berdoalah, kepada Tuhan mu yang Maha Agung
Yang menjadikan siang sebagai ladang kerjamu, 
dan malam sebagai ladang rehatmu (sementara)

Berdoalah, dan minta lah perlindungan kepada-Nya
Atas tiap-tiap yang ada pada dirimu,
tiap-tiap yang ada pada orang-orang yang kau cintai-
tiap-tiap yang ada pada orang-orang yang mencintaimu

Berdoalah, semata-mata hanya kepada-Nya
Semoga tiap-tiap dirimu terlindung dari persepsi diri
Terlindung dari Aqidah baru yang kau temui (yang sejak zaman nenek moyang-mu tak pernah ada kebiasaan ini, maka berhati-hati lah dengan  golongan ini)

Berdoalah, karena kita adalah hamba-Nya


Mari sucikan jiwa dan menunduk untuk berdo'a kepada-Nya.
Semoga Allah mengampuni. 


Sekilas ulasan mengenai buku yang di tulis oleh Ustadz Muhammad Fauzil Adhim.
Buku terbitan tahun 2017 oleh Pro-U media setebal 236 halaman. 



13 Desember 2017
-Bara Jihad di Darul Ta'zhim-

Tuesday 28 March 2017

Kalam #9 : Bergerak dengan Pantas

Setiap detiknya kita ialah belajar bukan semata-mata untuk pintar (sahaja), tetapi melangkah menderu menuju peradaban Rabbani. Insan yang kamil, menggenggam dunia seluas tangannya, dari ibu jari hingga kelingking, dari hujung kuku ke pergelangan tangan. Agar ketika kecintaannya dipermainkan, makan ianya tak mudah rapuh. Insan yang kamil, menggenggam erat akhirat di hatinya. Mengalir hingga ke urat nadi, tiada yang sempit dan berat, jika semata-mata karena kecintaanya pada Allah dan Rasul-Nya.
Bergerak meniti perlahan-lahan, ketika dunia dan akhirat terasa dipisahkan. Hingga akhirnya kesadaran ini memuncak, bahwa diri ini selalu belajar dan tidak akan pintar. Maka ketika setitik cahaya, mulai membesar pada sebuah lingkaran hitam, ketika dot cahayanya membesar, lingkaran hitam ini lah turut membesarkan kekuasaannya. Yang pada akhirnya, manusia merasa semakin mengenal Tuhannya, ciptaan-ciptaan-Nya, anugerah-Nya.
Pada jutaan sel makhluk hidup dan jutaan atom pada setiap elemen kehidupan. Kita belajar bagaimana turut bekerja pada sesama. Berkomunikasi sehingga jangan sampai salah arti. Kita belajar pada pedang yang terkuat, adalah dengan bahan dasar berlian, karena susunan karbon yang erat. Kita belajar mengenai kecintaan akan keimanan. Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan ?


-Bara Jihad di Darul Ta'zhim-
28 Maret 2017
Dalam temaram sunyi, kidung di hati

Thursday 16 March 2017

Kalam #8 : Membaca dengan Hati

Dengarkan sebuah kisah, lalu kau akan membaca setiap huruf perasaan yang terurai membersamai tanda-tanda baca nya. Dengarkan sebuah tangisan, lalu kau akan membaca setiap kalimat kerinduannya, membersamai tanda koma sebagai jeda yang nyata. Dengarkan sebuah peluru dan bom yang terus menderu, maka kau akan membaca setiap ungkapan paragrafnya, kami mencintai syahid!
Pandanglah setiap keterlambatan, maka kau akan membaca cerita tentang waktu, yang sesungguhnya kita benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang menasehati dalam kebaikan dan dalam kesabaran. 
Sudikah dikau ?
Pandanglah setiap luka yang berdarah, maka kau akan membaca situasi, sehingga tau kapan harus diam; ketika mendengarkan tuturan para guru. Kapan harus berbicara; ketika saudara mu meminta hak nya. Kapan harus marah; ketika agamamu dinistakan.
Pandanglah, setiap deru angin, meski kau hanya bisa merasa panas dan dingin. 
Pandanglah, awan malam tanpa cahaya, meski kau hanya melihat bulan dan bintang.
Maka sebenarnya kau sedang membaca hati, bahwasanya seribu kilometer dari arah selatan, utara,timur dan baratmu, ada saudaramu yang mempertaruhkan nyawa untuk aqidahnya. 
Ya, bukan lagi tentang harta.
Tapi detak jantung, aliran darah, dan hembusan nafas.

Bara Jihad di Darul Ta'zhim
16/3/2017
Derasnya hujan, ba'da maghrib di gubuk peradaban

Saturday 11 March 2017

Kalam #7 : Mengingat Masa Lalu

Mari kita lihat ke belakang, saat Adam Alaihi Sallam pertama kali diciptakan. Bukan kah Malaikat sudah cukup bertasbih dan memuji-Nya, sedangkan manusia hanya menciptakan kerusakan dan saling menumpahkan darah.
"Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang Aku ketahui." 
Dalam firman-Nya di surah Al-Baqarah. Mari merenung sejenak, siapakah kita ini? Untuk apa kita hidup? Dimanakah tujuan kita. Dalam keputus asa-an pun sejenak kita memikirkan, yang lebih dekat dari urat nadi kita, Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sang Maha Pemurah dan Maha Pengasih. 

Kita selalu bersenandung, "Ah panasnya, Ah dinginnya, Ah susahnya, Ah sulitnya, Ah kenapa dulu gak gini? Ah kenapa dulu gak gitu." Andai saja kita boleh ber-andai andai, maka keniscayaan hidup kita dalam eutopia sahaja. Kita hidup dalam realitas sebenar, bukan abstraksi yang konon katanya memuliakan seni. 

Allah Azza Wa Jalla menyukai yang indah-indah; yang indah-indah kita mengatakan bahwa itu seni, tapi bukan berarti kita menjadi bebas dengan mengatakan nurani tak perlu lagi. Diberikan petunjuk untuk terus memperbaiki, mempelajari, memahami, meresepi apa itu"seni". Yang menarik hati ketika "seni mempelajari manusia itu" sendiri. Unik, betapa tentang masa lalu, manusia bisa tidak dapat tidur, tidak enak makan, tidak mempunyai ghirah!
Tetapi, bagi orang-orang yang memahami, masa lalu itu menjadi pemantik ghirahnya. Masa lalu bukan sekedar masa lalu, tapi sejarah bukti nyata. Sama, seperti sang pemuda Sultan Muhammad Al-Fatih, menaklukan Konstatinopel. Ya, masa lalu yang nyata. Sejarah menyuluh api himmah nya hingga azzam terus membakar sampai habis. 

Dari sejarah, diambil pelajaran dan hikmah. 
Dari Al-Qur'an dan Hadits, petunjuk yang lurus.
Semoga apa yang di semogakan hati kita membawa kita ke jalan yang lurus dan benar, ke jalan yang Dia Ridhoi.
Aamiin.


Bara Jihad di Darul Ta'zhim
3 November 2017
Di malam, hiruk piruk, suara TV, di kejauhan rumah makan, lantai lima kurang satu

Monday 20 February 2017

Habar #1

Diujung temaram yang silau, parau
Penopang ini, akan amanah sebuah jasmani
Melirik kesana kemari
Suasananya masih sama, kerikil dan nuklir dimana-mana
Yang sesungguhnya...
Menjadi sebuah tontonan yang sudah biasa
Namun kali ini, topeng darah diwajah
Tak ingin menatap semu
Kesunyian dunia yang fana
Do'a,
Pada keramaian bombastis setiap partikel besi
Pada kesunyian setiap ego-is-me
Do'a,
Haturkan, ketika lutut berbaring

Friday 20 January 2017

Jiwa-jiwa yang Hanif #Part 5

Ketika jiwa merasa sakit, fikiran seakan tergigit, dengan hati yang semakin sempit, harta dan masa yang tak lagi menguntit bathin, terpanah, resah, tiada lagi gagah, hilanglah arah...
Maka ketika itu jua Nur-Nya menerangi jiwa, Rahmat-Nya meliputi hati yang hampa, Kalam -Nya meyakinkan jiwa yang putus asa
"Bersabarlah-dengan sebenar-benarnya sabar," ucapnya, 
Terdiam, terpaku, membisu, tak kenal waktu, meski detik, menit, jam telah berlalu.
Dia menghaturkan selembaran yang kini orang-orang kebanyakan mengejarnya.
Puji Syukur tiada tara, hanya dengan kehendak-Nya ini bisa terjadi
Inilah yang dinamakan saudara, ber-ibu-kan iman, ber-bapak-an Islam
Inilah buah sabar yang selama ini ditempuh. 
Bukan tentang selembaran itu, bukan...
Tapi ini tentang hakekat kesabaran itu sendiri
Sungguh jiwa ini haus akan siraman ilmu yang mempunyai fadhilah dan keberkahan
Semoga Allah meridhai setiap langkah sunyi dan nyaringmu kak,
Semoga Allah menjaga lisan sunyi dan nyaringmu kak,
Teruntuk kakak yang mengucapkan salam terlebih dahulu, di masjid Negeri Seremban

Aamiin,


20 Januari 2017
Pulau Bintan, Negeri Gurindam

Thursday 19 January 2017

Kalam #6 : Demi Masa !

"Demi Masa, Sungguh manusia berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS Al-'Asr 1-3)

Demi Masa...
Masa yang ada jangan sampai membunuh asa, iringi dengan rasa, hingga tercipta prakarsa, membumikan kalimah tauhid seantero persada
Demi Masa...
Tahukah bahwa sang khalifah memegang tampuk amanah yang gagah? Jangan se-nila pun pongah, jika ghirah sedang membuncah, tetaplah pada hati tunduk dan menadah
Demi Masa...
Zaman bukan lagi mengeja A di satu waktu, B di waktu berikutnya dan C di waktu lainnya. Kini, ejaannya manjadi ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ, maka sedetik ini rasa-rasanya tak cukup. 
Jikalau bukan Allah yang melapangkan masa kita, akankah huruf Q ter-eja dengan sempurnanya?
Maka jika kita lihat kembali sederet amanah kita dan disisi lain kita lihat waktu kita, Saudaraku...
Waktu kita tak banyak.
Amanah seukuran nano, seukuran mili, seukuran desi, seukuran senti, sampai seukuran Gallon, maka renungi dan jalani. Selesaikan tampuk yang diterima, dalam waktu yang hanya sekelip mata.
Kelapangan dan keniscayaan, maka mohon lah kepada-Nya, yang Menguasai Hari Pembalasan. 



19 Januari 2017
Ketika dipojokan dinding rumah berusia 15 tahun dengan temaram lampu oranye; Pulau Bintan, Negeri Gurindam