Saturday 11 March 2017

Kalam #7 : Mengingat Masa Lalu

Mari kita lihat ke belakang, saat Adam Alaihi Sallam pertama kali diciptakan. Bukan kah Malaikat sudah cukup bertasbih dan memuji-Nya, sedangkan manusia hanya menciptakan kerusakan dan saling menumpahkan darah.
"Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang Aku ketahui." 
Dalam firman-Nya di surah Al-Baqarah. Mari merenung sejenak, siapakah kita ini? Untuk apa kita hidup? Dimanakah tujuan kita. Dalam keputus asa-an pun sejenak kita memikirkan, yang lebih dekat dari urat nadi kita, Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sang Maha Pemurah dan Maha Pengasih. 

Kita selalu bersenandung, "Ah panasnya, Ah dinginnya, Ah susahnya, Ah sulitnya, Ah kenapa dulu gak gini? Ah kenapa dulu gak gitu." Andai saja kita boleh ber-andai andai, maka keniscayaan hidup kita dalam eutopia sahaja. Kita hidup dalam realitas sebenar, bukan abstraksi yang konon katanya memuliakan seni. 

Allah Azza Wa Jalla menyukai yang indah-indah; yang indah-indah kita mengatakan bahwa itu seni, tapi bukan berarti kita menjadi bebas dengan mengatakan nurani tak perlu lagi. Diberikan petunjuk untuk terus memperbaiki, mempelajari, memahami, meresepi apa itu"seni". Yang menarik hati ketika "seni mempelajari manusia itu" sendiri. Unik, betapa tentang masa lalu, manusia bisa tidak dapat tidur, tidak enak makan, tidak mempunyai ghirah!
Tetapi, bagi orang-orang yang memahami, masa lalu itu menjadi pemantik ghirahnya. Masa lalu bukan sekedar masa lalu, tapi sejarah bukti nyata. Sama, seperti sang pemuda Sultan Muhammad Al-Fatih, menaklukan Konstatinopel. Ya, masa lalu yang nyata. Sejarah menyuluh api himmah nya hingga azzam terus membakar sampai habis. 

Dari sejarah, diambil pelajaran dan hikmah. 
Dari Al-Qur'an dan Hadits, petunjuk yang lurus.
Semoga apa yang di semogakan hati kita membawa kita ke jalan yang lurus dan benar, ke jalan yang Dia Ridhoi.
Aamiin.


Bara Jihad di Darul Ta'zhim
3 November 2017
Di malam, hiruk piruk, suara TV, di kejauhan rumah makan, lantai lima kurang satu

No comments:

Post a Comment