Monday 25 February 2019

Cerpen: WANITA PERTAMA #WP4



WANITA PERTAMA #WP4

Hari ini Qinrana berencana untuk mengikuti seminar dari sebuah brand peralatan laboraturium. Brand tersebut ingin melaunching produk baru mereka. Produk yang berisi tentang kit perihal biologi molekular.

Qinrana tinggal di daerah lingkar dalam Universiti Teknologi Malaysia Johor Bahru. Tepatnya di Kolej Tun Fatimah, Blok H09. Rumah tersebut mempunyai 2 lantai. Lantai bawah terdiri dapur kecil, kamar mandi dan ruang keluarga. Di lantai atas ada dua kamar dan kamar mandi. Dia memilih rumah itu, untuk mempersiapkan kedatangan suami, serta buah hati yang sebentar lagi akan lahir, meski harga rumah itu cukup menguras dompet.

Sejak hamil Qinrana jarang sekali naik ke lantai atas. Cuma sesekali saja untuk mengambil barang yang penting. Biasanya ia akan istirahat di ruang keluarga.

Qinrana sudah bersiap-siap untuk pergi ke seminar. Dia akan naik grab, mengingat tempat seminar itu di M suite hotel johor bahru yang jaraknya 45 menit dari rumahnya.

"Duh, lupa pula kertas-kertas data kan masih di kamar atas. Ini gimana ya." Dia bergumam dalam hati.

"Bismillah aja deh."
Qinrana melangkahkan kaki nya pelan dengan perut nya yang semakin membesar dan pinggangnya yang semakin tertekuk.

Setelah sampai dia atas, ia melihat tumpukan kertas yang berlogo UTM. Ia mengambilnya. Ia turun kembali melewati tangga dengan tertatih-tatih. Tiba di pintu keluar,

"Astaghfirullah...ini kenapa basah. Tapi kan baru 7 bulan. Apa anak ku sudah mau keluar. Kakak, sudah mau ketemu ibu ya?" Ia berdialog dengan janin yang ada di perutnya. Ia mencoba tenangkan diri dan menarik nafas dalam-dalam. Segera di ambilnya kertas pH. Entah mengapa pikiran nya langsung menuju ke derajat ke asaman suatu cairan.

Qinrana pun mencelup kertas pH tersebut. Deg-deg-an melihat hasilnya dan ternyata pH 5.

"Ini air pipis." Seketika ia tertawa lalu segera mengganti celana dan gamisnya. Gerak tubuh nya tidak selincah dulu saat ia masih gadis. Kini ia membawa beban di tubuhnya namun di hati ia tak pernah merasa itu beban. Ini adalah hadiah. Ia pun memesan Grab di hp. Menunggu selama 10 menit, ia mengunci pintu dan duduk di teras depan rumah. Rumah yang berwarna oren bata itu menjadi saksi penantian akan kepulangan penggenap jiwa. Tiba-tiba masa lalu hadir di pikirannya. Kenangan-kenangan saat ia masih gadis.

----------------------------------------------------

"Qin, kita langsung naik bus ke D05 ya. Kan ada kelas bahasa Melayu."
"Oke Al."
Tak lama setelah percakapan Almeera dan Qinrana, bus pun datang.

Perjalanan dari fakultas sains (departemen biologi) ke akademi bahasa (D05) memerlukan waktu 15 menit. Di bus Qinrana sibuk membaca buku The Alchemist karya Paulo Coelho versi bahasa Inggris. Meski tak banyak yang ia mengerti, ia bertekad untuk terus mengasah skill bahasa bule tersebut.

Sesi perkenalan di kelas tampak biasa. Karna bahasa Melayu hampir mirip dengan bahasa Indonesia. Madam halimah mempersilahkan masing-masing mahasiswa untuk memperkenalkan diri.

"Name saye Qinrana Nur Islah. Saye pelajar sarjana muda sains biologi. Terimakaseh."
Fasih sekali ia memeperkenalkan diri.

"I am Arrash Ali. Student eh pelajar sains komputer, ehm bachelor degree eh sarjana muda. Thank you."

Sontak satu kelas pun tertawa kecil mendengar nya. Bagaimana tidak, pria yang memperkenalkan diri tersebut memiliki rupa yang menawan, bermata coklat, hidung mancung dan kulit bersih.

"Where are you from Arrash?" Madam halimah bertanya.
"I am from Qatar. But, actually my parents is Indonesian and I am also Indonesian so yaa thats long story."

Para gadis di kelas itu penasaran dengan pria bernama Arrash ini. Selesai kelas mereka menyapa hangat Arrash dan meminta nomor Whatsapp nya.

"Al, tumben kamu gak ikutan." Qinrana mengejek.
"Ah, gak tertarik aku tu. Aku sama kak Imron aja." Upss, Almeera kecolongan.
"Oh, sekarang kak Imron. Dulu si koko Yong Jin, sekarang kak Imron, ntar siapa lagi yaa."
"Apaan sih Qin, kok kamu nge bully aku."
Qinrana tertawa melihat temen nya bermuka masam.

"Ehh eh kalian kalian. Orang Indonesia juga kan?" Tiba-tiba Arrash berbicara dengan dua sekawanan itu.

"Iya, emang nya kenapa ?" Almeera menjawab.
"Boleh minta nomor hp kalian gak? Aku belum nemu temen-temen lain nih. Siapa tau ada grup khusus anak-anak Indonesia." Arrash merayu.

"Oh iya boleh-boleh." Almeera mengizinkan.
"Nih kamu masukin nomor kamu di hp aku ya." Arrash menyodorkan hp nya ke Almeera.

"Salam kenal ya Arrash, aku Almeera btw." Almeera menghulurkan tangan ke Arrash untuk bersalaman. Arrash meletakkan sepuluh jari nya ke dada nya.
"Salam kenal Almeera. Aku duluan ya."

Arrash pun berlari menuju parkiran.
"Cukup kaget well, dia penampilan gak kayak ikhwan-ikhwan gitu. Makanya aku berani mau salaman huft, duh jadi malu." Almeera menggerutu.

Sedangkan di sisi lain Qinrana hanya diam. Campur aduk. Entah perasaan apa ini. Bahagia? Khawatir? Ah, entahlah. Yang jelas fokusnya kali ini menyelesaikan S1. Urusan jodoh, hanya lelaki yang berani melamar dan satu visi misi dengan nya yang akan menjadi pilihan nya.

----------------------------------------------------

Grab pun sudah datang. Qinrana segera masuk ke mobil.
"Assalamu'alaikum kak, saya ke seminar di M suite hotel ya. Semoga kakak sehat dan lancar urusannya." Ia mengirim Whatsapp ke suami nya.

"Wa'alaikumussalam Qin, ini lagi ada sinyal internet. Iya hati-hati ya. InsyaAllah minggu depan saya ke Johor. Alhamdulillah izin ke dinas setempat sudah selesai. Saya ingin menemani kamu. Kamu tunggu dirumah ya. Saya akan di jemput sahabat saya. Salam rindu dari Ambon manise."

Senyum Qinrana merekah sempurna. Akhirnya, ia akan bertemu dengan penggenap jiwa nya.

----------------------------------------------------

*to be continue...

No comments:

Post a Comment