Monday, 25 February 2019
Cerpen: WANITA PERTAMA #WP5
WANITA PERTAMA #WP5
Senyum mekar di bibir Qinrana menemani perjalanan dari rumah ke M suite hotel Johor Bahru. Qinrana terbayang akan angan-angan ia bertemu dengan sang penggenap jiwa, setelah 7 bulan lama nya tidak bertemu.
Bayangkan saja, kehamilan pertama harus di jalani sendiri, tanpa sang suami di sisi. Karna bagi Qinrana, kehamilan ialah sebuah kabar bahagia yang tidak pantas di jadikan beban. Tidak ada guna mengeluh atas nestapa yang menimpa. Karna sejati nya semua ini ialah nikmat dari Rabb semesta alam.
Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit, Qinrana akhirnya sampai di M suite hotel. Ia melangkah ke lobby hotel untuk melakukan registrasi. Setelah melakukan registrasi, ia pun menuju ke ruangan seminar.
M Suite hotel terdiri dari 15 lantai. Bangunan tidak terlalu besar dan desain interior yang standar. Yang menarik ialah di sepanjang dinding lobby terpajang lukisan-lukisan dengan tema abstrak.
Qinrana duduk di dalam ruangan seminar sambil menunggu acara di mulai. Acara seminar akan berlangsung selama 2 sesi, yaitu sesi pagi dengan topik pengembangan inovasi bioteknologi dan sesi sore yaitu launching produk.
Qinrana sangat fokus dan menikmati seminar di sesi pagi. Hingga saat jam istirahat, ia di panggil oleh manajer perusahaan.
"Qinrana, come here. I will introduce you to our affiliate." Pria bernama Mr. Wong itu menyapa.
"Yes sure."
Tanpa disadari Qinrana kaget, karna di antara 3 orang affiliasi Mr. Wong itu, sepasang mata yang ia kenal. Lekat.
"Yes Qinrana, this is Mr. Patrick, Mr. Aiman and Mr. Arrash Ali. You know this is Qinrana, she is excellent student and my loyal customer." Mr. Wong menjelas kan dengan singkat.
Seketika waktu berhenti. Qinrana tercekat. Ada apa ini? Sepasang mata itu, lekat menatap Qinrana dan kehamilannya.
"Apa kabar Qin?" Arrash mencairkan suasana.
Qinrana masih diam. Perasaan yang susah di jelaskan.
"Astagfirullah..." Ucap Qinrana dalam hati.
"Saya... Alhamdulillah baik." Datar, kirana tergagu.
"Sudah berapa bulan kehamilan?" Arrash tersenyum tipis.
"7 bulan, InsyaAllah."
"Semoga di lancarkan persalinan nya. Saya pamit mau sholat dzuhur ya. Assalamu'alaikum." Arrash pergi, seperti angin yang menyapu dedaunan, begitu saja berlalu.
Ah, apa yang dirasakan Qinrana seperti membuka lama. Tapi ia tau bahwa ini tidak benar. Ini tidak bisa di biarkan. Ia harus tetap profesional. Ia tidak boleh terbujuk rayuan setan. Mengubur dalam-dalam kenangan masa lalu, menjadi pilihan seumur hidup nya. Hidup dalam keridhoan kak Arda suami nya adalah keputusan yang tepat. Qinrana bergumam.
---------------------------------------
Saat sholat dzuhur di surau M suite hotel, Qinrana menangis dalam do'a. Dalam untaian rayuan terhadap Rabb nya.
"Ya Allah... tetapkan hati ini hanya pada agama mu."
Banjir, kali ini pipi merah jambu itu basah. Tapi bukan karna hal yang sama. Namun hal lain, yang Qinrana tak ceritakan kepada siapa pun.
Ada apa dengan Qinrana?
*to be continue
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment