Monday, 25 February 2019
Cerpen: WANITA PERTAMA #WP3
WANITA PERTAMA #WP3
Di kantin depan bangunan fakultas, Almeera dan Qinrana sedang menikmati makan siang nya. Qinrana memilih nasi kerabu dengan lauk ayam goreng berempah, telor asin dan tak lupa sambal budu. Almeraa pula lebih memilih nasi briani dengan kari kambing tak lupa acar sayurnya.
"Ujian praktikum nya greget ya. Kita disuruh menghitung konsentarasi glukosa cuma dalam 1 menit." Almeera dengan semangat cerita ke Qinrana.
"Tadi aku tuh hampir salah, harusnya kan ditulis dulu equation nya...."
"Assalamu'alaikum."
Tiba-tiba ada yang memotong curhatan Almeera.
"Wa'alaikummussalam kak Imron." Almeera tiba-tiba tersenyum lebar.
Qinrana hanya diam sambil menikmati makanan. Suara pria tersebut tidak mengganggu konsentrasi nya.
"Eh Almeera, saya mau kembali kan ini. Sepertinya ini punya temen mu ya."
Almeera mengkerutkan dahi nya sambil melihat foto siapa yang ada di matric card itu.
"Oh yaaa, Qin ini punya mu. Ketinggalan ya pas ujian praktikum tadi."
Qinrana memandang pria itu. Ternyata pria itu ialah orang yang sama yang ia temui saat ujian praktikum. Pria bermata empat itu, memandang Qinrana dengan tulus.
"Oh iya. Thank You."
Jawab Qinrana singkat, lalu melanjutkan makan.
"Qin, kak Imron ini orang Indonesia juga, mahasiswa S3 disini. Dia fast-track lho, dari S1 langsung S3." Almeera semangat sekali menjelaskan.
"Oh..." Qinrana menjawab sambil mengangguk.
"Saya pamit ya Al dan siapa nama kamu tadi?"
Imron mengarah ke Qinrana.
"Saya rana, Qinrana."
Imron tersenyum tipis. Lalu pergi. Ada yang aneh dalam dirinya. Seakan bumi berguncang, padahal jantung nya lah yang berdebar.
"Siapa diri nya? Tampak seperti wanita biasa. Tapi apa? Dia wanita pertama berkerudung lebar dengan keluguannya. Astaghfirullah Imron. Hush." Imron berbicara sendiri sambil menepuk jidatnya.
"Qin, kamu kok jutek banget sih dengan kak Imron. Ramah dikit napa!" Almeera menggerutu.
Qinrana tidak menjawab, hanya mengernyitkan dahi nya.
"Jutek, perasaan biasa aja." Jawabnya dalam hati.
--------------------------------------------------------
Saat senja tiba, Qinrana belum juga pulang dari laboraturiumnya. Ia terkenang saat pertama kali bertemu penggenap hidupnya. Kisah lama yang tidak ia duga sama sekali.
Agar kesedihan tidak berlarut-larut dia mengalihkan semua itu dengan mengerjakan kerja lab dan thesisnya. Meski, setiap hari saat matahari terbenam dan kegelapan menyelimuti bumi, air mata nya mengalir. Merindukan penggenap agama nya. Suaminya, yang sedang berjuang di Kepulauan Maluku, Indonesia.
*To be continue
***
Nasi Kerabu: Nasi berwarna biru khas dari Kelantan Malaysia
Budu: Teri fermentasi
Nasi Briani: Nasi khas makanan India
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment